Kamis, 15 Januari 2015

Uang: Tujuan Hidup atau Kebutuhan Hidup?

Menarik jika melihat orang yang tidak pernah sekolah tapi dia paham dengan nominal uang. Ternyata walaupun tidak bersekolah banyak yang mengetahui tentang uang. Ini membuktikan duit membuat orang pintar, minimal pintar tentang uang. Orang tidak sekolah juga pintar mencari uang. Sampai ada yang bilang “untuk apa sekolah, menghabiskan uang saja”, ada juga yang bilang “untuk apa sekolah, tidak bikin kaya”. Memang ada yang bilang tidak ada kaitannya antara kaya uang dengan sekolah, karena banyak juga orang tidak bersekolah tapi kaya uang. Tapi banyak juga orang putus sekolah karena uang.
Dalam kehidupan sosial uang menjadi hal yang sangat penting, bahkan tanpa uang kehidupan seseorang akan terasa sulit. Sebaliknya dengan adanya uang kehidupan seseorang akan terasa mudah. Semua aspek kehidupan manusia tergantung dengan uang. Tanpa adanya uang semua aspek kehidupan bisa mengalami kemacetan. Bahkan dalam aspek ibadah pun memerlukan uang, misal untuk membangun tempat-tempat ibadah, masjid, gereja, wihara, pura, kelenteng dan yang lain-lain, semua membutuhkan uang untuk membeli material yang diperlukan dalam pembangunan. Untuk memelihara kebersihan, keindahan dan kenyamannya pun tergantung dengan uang.
Tidak hanya aspek pendidikan dan ibadah saja yang membutuhkan uang. Aspek politik juga membutuhkan uang. Dalam aspek politik, misalnya seseorang akan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD, pada Pemilu 2014 diperkirakan membutuhkan biaya berkisar Rp200 juta - Rp300 juta, bahkan bisa lebih. Untuk dana sosialisasi langsung, baliho, spanduk, stiker, kaos, kalau harus dengan money politic tentunya akan lebih banyak memakan uang untuk dana pemenangan pemilu. Biaya untuk mencalonkan diri menjadi pejabat sangatlah mahal, tidak sedikit yang tidak sabar mengembalikan modal, mereka mengambil jalan pintas dengan korupsi.
Tidak dapat dipungkiri semua orang butuh dengan uang. Sampai Alam bernyanyi tentang duit,
Waduh kemana duit ya
Aku kangen nih
Duit duit kesini dong aku mau duit
Duit kesini dong kekasihku minta duit
Ema dan bapakku lagi perlu duit
Tetanggaku semua lagi butuh duit
Bagi duit
Bagi duit
Jangan Pelit
Bagi duit
Duit…….
Duit duit yang namanya duit yo..
Duit duit duit semua butuh duit
Dicari cari setiap hari
Ditunggu tunggu setiap minggu
Bahkan dinantikan setiap bulan gajihan
Duit duit aku perlu duit
Duit duit semua orang butuh duit
Duit dompet berduit
Sudah pasti yang cantik cantik pada melirik
Duit dompet berduit
Sudah pasti yang cantik cantik pada melirik
Di jakarta mencari duit
Di kampung juga cari duit
duit duit aku perlu duit
Duit duit semua butuh duit
Dari lirik lagu di atas dapat dilihat kalau semua orang butuh uang, kehadiran uang sangat dirindukan. Dimana-mana orang mencari uang, di kota maupun di desa. Jadi, bisa juga disebut uang sebagai kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Tinggal manusianya saja, merasa cukup atau tidak. Bersyukur atau tidak. Kalau masih belum bersyukur, berapapun banyaknya uang maka akan selalu merasa kurang terus. Bisa jadi karena merasa banyak uang pengeluaran juga banyak, semuanya pengin dibeli, semuanya pengin dimiliki. Akhirnya selalu merasa kekurangan uang, dan bisa mengurangi kebahagiaan, walaupun seberapapun banyaknya uang yang dimiliki. Tapi jika selalu bersyukur maka akan merasa cukup atau pas, dan suatu saat Insyaallah Allah akan menambahkan nikmat-Nya.
Selain sebagai kebutuhan hidup untuk memenuh segala yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, juga ada orang yang menjadikan uang sebagai kebutuhan hidup. Dalam bukunya yang berjudul Islam:Keseimbangan Rasionalitas, Moralitas dan Spiritualitas (2005:115), Musa Asy’arie menulis jika uang sebagai tujuan, maka orang di dunia ini akan saling mengejar dan memperebutkan uang sebanyak-banyaknya dengan cara apapun, saling menjatuhkan bahkan melalui cara-cara yang tidak dibenarkan oleh moral dan hukum, seperti merampok, mencuri, korupsi dan membunuh hanya untuk mendapatkan uang, karena uang telah menjadi tujuan hidupnya.
Sampai seolah-olah menjadikan uang sebagai Tuhan dan dipertaruhkan oleh semua orang. Tidak pandang bulu tua maupun muda, pejabat maupun rakyat jelata, dari suku dan agama yang manapun semuanya butuh uang. Kalau sudah sampai mempertuhankan uang, maka segala cara akan digunakan untuk mendapatkannya. Halal haram pokoknya hantam saja. Bahkan ada yang sampai “memperjualbelikan” agama, pindah agama karena kemiskinan, memperjualbelikan ayat-ayat, mencari sumbangan atas nama agama untuk membangun tempat ibadah, padahal tidak dipakai untuk membangun tempat ibadah malah masuk kantong sendiri.
Jika uang sudah dipertuhankan ataupun telah menjadi motif suatu agama, maka terjadilah proses pendangkalan agama. Agama sama sekali tidak lagi berdaya sebagai kekuatan moralitas, untuk mencagah kemungkaran dan mendorong kesalihan (Musa Asy’arie, 2005:115).
Dalam berbangsa dan bernegara, orang yang menjadikan uang sebagai tujuan atau bahkan mempertuhankan uang. Maka mereka akan rela menjual bangsanya sendiri dengan harga murah. Mereka tega mengusir bahkan menjual rakyatnya sendiri. Mereka rela menjadi antek asing yang terus akan menjajah bangsanya. Korupsi, suap-menyuap dan aksi tipu-tipu pun dilancarkan. Pokoknya apapun itu yang bisa jadi uang dilakukannya, asal perut kenyang, masa bodoh dangan rakyat yang sengsara berkepanjangan.
Jika uang sudah menjadi ukuran segala-galanya, maka akan merusak tatanan kemanusiaan. Uang yang awalnya diciptakan oleh manusia, tapi manusia tersebut malah terjebak dan terjerat oleh ciptaannya sendiri. Sehingga tidak ada yang mampu keluar dari jeratan tersebut, karena manusia membutuhkan uang, bahkan memujanya, menjadikan uang sebagai tujuan hidupnya, bahkan mempertuhankannya. Akhirnya manusia hanya dihargai seharga uangnya.
Sekarang tergantung kita masing-masing, bagaimana kita memandang uang? Sebagai kebutuhan atau sebagai tujuan hidup?

Sumber :  http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/24/uang-tujuan-hidup-atau-kebutuhan-hidup-568037.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar